Sabtu, 30 Juni 2012


Wayang Onthel , Wayang "Aneh" yang Tetap Menginjak Tanah Budaya Jawa


      Wayang Onthel berarti wayang sepeda, wayang ini terbuat dari onderdil sepeda atau onthel.  cerita yang dibawakan wayang onthel sangat berbeda dari pakem yaitu biasanya Ramayana tapi ini adalah cerita sehari hari dengan tokoh yang tidak akan ditemui di wayang biasa.
       
        Kelahiran Wayang Onthel ini berangkat dari perkumpulan sepeda tua komunitas Old Bikers VOC Magelang yang berada di kota magelang. Sekumpulan anak muda magelang baik pemuda dan pemudi berinisiatif membuat wayang yang berangkat dari wayang kulit yang terbuat dari onderdil sepeda tua. Apabila kita lihat wayang ini seperti layaknya wayang biasa, ada beber dan kain putih untuk memainkan wayang, ada gunungan sebagai pertanda awal dan akhir dari pagelaran wayang dan juga ada wayang itu sendiri yang dimainkan oleh dalang. Tokoh wayang yang dimainkan bukanlah tokoh pewayangan pada umumnya seperti cerita Ramayana atau Mahabharata tetapi tokoh tokoh yang mewakili kehidupan sehari-hari seperti tokoh antagonis-protagonis misalnya gondes (gondrong ndeso) dan pak RT, dan terutama tokoh bapak ibu yang sering dimainkan yang membicarakan masalah sehari-hari.
        Tokoh-tokoh ini dibentuk dengan onderdil sepeda dari lampu sepeda, gir, tempat manggenjot sepeda, rantai dan lain-lain yang sebenarnya harga untuk membangun satu tokoh wayang bisa lebih mahal daripada wayang kulit seiring dengan sulitnya mencari onderdil sepeda tua dan semakin menjamurnya komunitas bersepeda yang otomatis membuat harga onderdil sepeda tersebut semakin mahal karen banyak dicari orang. Wayang diiringi dengan gamelan seperti kendang, saron atau gong. Wayang Onthel ini juga mempunyai gamelan pengiring tetapi tidak seperti pengiring wayang kulit pada umumnya, sebagian alat musik ini terbuat dari onderdil sepsa juga dan kunci-kunci perbengkelan.
      
       Gamelan yang terbuat dari onderdil sepeda ini membuat suasana berbeda tetapi ada dua gamelan tradisonal yang tetap ada yaitu gong dan kendang. Dentingan suara kunci dipukul, suara bel sepeda dan jeruji sepeda diputar dan diketukkan cukup menggetarkan hati padahal cerita yang disajikan sebagian besar adalah cerita komedi yang disampaikan dalang yaitu saudara Andri Topo. Cerita wayang pada umumnya adalah cerita Ramayana, Wayang Onthel ini mengambil jalan berbeda yaitu cerita sehari-hari, misalnya cerita seorang tukang becak yang mengeluh pendapatnya menurun akibat jalur lambat untuk becak dijadikan trotoar. Di rumah tukang becak ini dimarahi istrinya karena uang belanja, sebagai tukang becak yaitu rakyat kecil tidak bisa berbuat apa-apa ddengan kebijaksanaan pejabat tinggi padahal pejabat tersebut juga digaji melalui uang pajak rakyat. Cerita ini sebenarnya menyentil Pemerintan Kota Magelang yang menghapus jalur lambat dijadikan trotoar dimana becak tergusur jalurnya dan secara tidak langsung disuruh berdesak-desakan dengan jalur kendaraan bermotor di kawasan Pecinan Kota Magelang. Cerita yang dibawakan oleh dalang di wayang onthel ini cenderung jenaka dan sedikit menyerempet kasar dengan sebagian kata kata yang hanya dipahami kaum Dewasa khas dagelan atau lawakan. Cerita ini mewarnai lain wayang yang ada di Indonesia, dimana mereka beranggapan kita tidak mengganggu tempat lain maka sah sah saja membuat jalur lain cerita pewayangan.
       Dalam setiap pagelaran Wayang Onthel ini busana yang dikenakan dalang, sinden dan penabuh gamelan berbeda-beda sesuai cerita dan tempat dimana mwayang ini digelar. Jarang sekali menggunakan pakaian adat Jawa. Pakaian kebesaran mereka adalah pakaian jaman dahulu khas VOC Belanda. Seperti tampak pada gambar di atas mereka mengenakan baju anak Sekolah Dasar bahkan bayi. Sinden pun menyanyikan lagu anak-anak dengan gaya manjanya. Tetapi suara sinden apabila menyanyikan lagu Jawa khas wayang kulit tidak kalah merdunya. Wayang onthel memberikan warna yang berbeda khas anak muda. Jangan dinilai dari tampilan yang berantakan, tetapi semangat mereka melestarikan budaya yang hanya ada di Kota Magelang, Indonesia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar